Djarwanto, Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan (2002:89) menyatakan bahwa penentuan besarnya modal kerja sebagai berikut :
a. Sifat umum atau tipe perusahaan
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public utility) relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadi kas relatif cepat. Untuk beberapa perusahaan jasa tertentu malahan langganan membayar dimuka sebelum jasa dinikmati, misalnya jasa transport kereta api, bus malam, pesawat udara, kapal laut. Proporsi modal kerja dari total aktiva, pada perusahaan jasa, relatif kecil.
b. Waktu yang diperlukan untuk memprodusir atau mendapatkan barang dan ongkos produksi perunit/harga beli perunit barang itu. Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang mulai dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal kerja. Modal kerja bervariasi tergantung pada volume pembelian dan harga beli perunit dari barang yang dijual.
c. Syarat pembelian dan penjualan
Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang mengungtungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaiknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar.
d. Tingkat perputaran persediaan
Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien.
e. Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Bila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah/kecil.
f. Pengaruh konjungtur (business cycly)
Pada periode makmur (prosperty) aktivitas perusahaan meningkat
dan perusahaan cenderung membeli barang-barang lebih banyak memanfaatkan harga yang masih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat persediaan.
g. Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek.
Menurunnya nilai rill dibanding dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja. Bila resiko kerugian ini semakin besar berarti diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi hutang jangka pendek yang sudah jatuh tempo.
h. Pengaruh musim
Banyak perusahan dimana-mana penjualannya hanya terpusat pada beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek.
i. Credit rating dari perusahaan
Jumlah modal kerja, dalam bentuk kas termasuk surat-surat berharga yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan unag kas.
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pebelanjaan Perusahaan (1999:198) menyatakan bahwa penentuan besarnya modal kerja ada 2 (dua) faktor sebagai berikut :
a. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Kas adalah merupakan alat yang mempunyai penggunaan yang
tinggi karena dengan tersedianya kas, maka akan membiayai
kewajiban-kewajiban, setiap harinya seperti untuk keperluan
pembelian bahan mentah, bahan penolong, upah buruh dan apa saja yang dapat memenuhi segala kewajiban perusahaan. Hal ini tidak berarti bahwa perusahaan harus mempunyai simpanan kas yang tinggi. Karena dengan demikian berarti hanya mengutamakan
kepentingan faktor likuiditas, tetapi akan menekan rentabilitas perusahaan dilain pihak ada keharusan untuk menahan jumlah minimal pada kas supaya perubahan dapat memenuhi kewajiban- kewajibannya dengan baik. Persediaan minimal adalah apa yang disebut demgan persediaan bersih kas.
Adapun besarnya persediaan bersih kas tergantung dari :
1) Sifat transaksi komersial dan keuangan, yaitu bagaimana pembelian bahan dan penjualan hasil akhir dilakukan, misalnya dengan tunai atau kredit.
Bila transaksi dilakukan dengan tunai, maka tidak perlu persediaan kas yang tinggi. Begitu pula dengan sering tidaknya transaksi keuangan (penerimaan/pembayaran) akan berpengaruh terhadap bersihnya kas.
2) Selisih antara penerimaan dan pengeluaran, besar kecilnya
selisih antara penerimaan dan pengeluaran kas dalam satu
periode tertentu, menentukan pula suatu tingkat persediaan bersih kas.
b. Priode perputaran dan terikatnya modal kerja, yaitu perputaran dari
piutang ke kas hanya memerlukan satu tingkat saja. Untuk mengukur periode perputaran dari piutang dapat dihitung dengan rumus :
Penjualan Kredit
Perputaran Piutang = ¾¾¾¾¾¾¾¾¾ x 1kali
Piutang Rata-rata
Makin tinggi tingkat perputarannya berarti bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang tersebut makin banyak berputar dalam satu periode. Pada transaksi penjualan dengan kredit tertentu, berarti makin tinggi turnover, juga akan berarti bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang adalah sedikit, disamping itu perusahaan harus menahan sejumlah piutang sebagai penjualan kredit untuk dapat memelihara transaksi normalnya yang merupakan inti dari permanent kebutuhan modal kerja, piutang yang ditanam dalam piutang.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan besarnya piutang bersih, yaitu :
1) Syarat pembayaran dari penjualan kredit
Biasanya dinyatakan dalam term 2/10 n/30, artinya pembayaran dinyatakan dalam waktu 10 hari sesudah persyaratan barang.
2) Kebiasaan para langganan dalam pembayaran
Apabila menurut pengalaman banyak yang membayar dalam waktu yang telah ditentukan untuk mendapatkan cash discount, maka persediaan bersih piutang di atas waktu untuk mendapatkan cash discount.
3) Sifat dan kesediaan para pelanggan dalam membayar hutangnya, sebab sering terjadi langganan yang mampu, tetapi segan memenuhi kewajibannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar