Kamis, 07 Januari 2021

Definisi dan Apa Itu Marketing Mix (Bauran Pemasaran)

 

Sebagai implikasi konkret dari adanya kemajuan yang dicapai dalam ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi dewasa ini, antara lain terlihat melalui kian dinamisnya kegiatan dunia usaha yang pada gilirannya memberikan corak tersendiri bagi pola konsumsi masyarakat. Sejalan dengan hal ini perusahaan-perusahaan memandang bahwa hanya kepada masyarakatlah semata-mata tempat pelemparan produk-produk yang diproduksi oleh perusahaan. Dengan demikian perusahaan senantiasa mencapai tujuan memaksimasi penjualannya.

Stanton, Marketing Praktis (2000 : 112) meyatakan bahwa dengan memanfaatkan semaksimal mungkin sejumlah tensi yang ada seperti penerapan konsep dan kebijaksanaan bauran pemasaran atau marketing mix, yaitu terdiri dari kebijakan dibidang harga, promosi, distribusi dan produk.

Kebijakan-kebijakan tersebut lebih dikenal sebagai the fourth's yaitu P'S (Price, Place, Promotion, Product).

Mengenai konsep marketing mix ini, menurut Philip Kotler Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan dan Pengen-dalian (2002 : 112), bahwa marketing mix adalah perangkat varia­bel-variabel pemasaran terkontrol yang perusahaan gabungan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkannya dalam pasar sasaran.

Jika perusahaan telah memutuskan suatu strategi penentuan posisinya di pasar, maka hal tersebut bahwa perusahaan telah siap memulai suatu perencanaan yang terperinci menge­nai marketing mix. Dengan demikian maka konsep marketing mix merupakan suatu konsep utama dalam pelaksanaan pemasaran modern dewasa ini.

Marketing mix terdiri dari segala tindakan yang mengakibatkan perusahaan melakukan suatu kebijaksanaan yang sifatnya mempengaruhi peningkatan permintaan akan produk-produknya di pasar. Kegiatan yang dilaksanakan guna mempengaruhi permintaan akan produk-produk perusahaan terse­but, pada dasarnya mencakup faktor-faktor internal yang dapat dikendalikan perusahaan sehingga dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk dijalankan terpadu.

Dalam marketing mix terdapat empat faktor yang pelaksanaannya dapat dikendalikan perusahaan menurut Winardi Azas-Azas Marketing membagi beberapa, yaitu :

1. Product (produk)

Kombinasi pertama dari marketing mix adalah produk, hal ini disebabkan karena obyek yang utama dari pemasaran adalah produk. Produk ada yang berupa barang dan jasa.

Dalam menentukan keputusan tentang produk, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan meliputi :

a. Quality, yaitu menyangkut suatu barang/ jasa yang dihasilkan oleh produsen untuk ditawarkan kepada konsumen.

b. Fetures, yaitu menyangkut tentang penampilan dari produk yang dihasilkan meliputi faktor kuantitas dan hygiene dari produk agar dapat menimbulkan daya tarik konsumsi.

c. Options, yaitu menyangkut tentang kesediaan perusahaan untuk menghasilkan berbagai produk (produt line)

d. Style, yaitu menyangkut tentang modal dari produk yang bersangkutan. Olehnya itu perusahaan harus senantiasa menciptakan model yang sesuai selera konsumen yang setiap saat mengalami perubahan.

e. Brand name, yaitu menyangkut tentang pemberian mareka pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Pemberian merk tersebut sedapat mungkin memberikan kesan kepada konsumen.

f. Packaging, yaitu menyangkut tentang bagaimana cara untuk memberikan pembungkus atau pengepakan pada produk dengan mempertimbangkan unsur biaya, daya tahan dan lain-lain yang sasaran utamanya agar pembungkus tersebut tetap menarik.

g. Product line, yaitu menyangkut sejumlah jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan dengan memperhatikan faktor mutu, hygiene, ukuran dan lain-lain.

h. Warranty, yaitu menyangkut jaminan perusahaan akan produk yang dihasilkan. Dengan demikian konsumen merasa aman dari berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan dalam pemakaian batas waktu yang wajar.

i. Service level, yaitu menyangkut tentang pelayanan untuk perusahaan dalam menghadapi konsumen misalnya fasilitas transport yang dapat menunjang dan memperlancar penyera­han produk ke tangan konsumen. Other service, yaitu menyangkut pelayanan di luar dari service level misalnya after sales service atau dengan penyediaan spare parts terjamin, serta kesiapan tukar barang rusak/ baik bila perlu.

2 Price (harga)

Kombinasi kedua dari marketing mix adalah menentukan kebijaksanaan tingkat harga yang tepat bagi perusahaan. Penetapan harga terhadap suatu produk mengandung resiko yang sangat besar. Olehnya itu ada beberapa patokan dalam menentukan kebijaksa naan tentang harga yang meliputi :

a. List Price, yaitu penyediaan daftar harga barang yang dihasilkan oleh perusahaan yang tujuannya agar kombinasi antara perusahaan dan konsumen dapat lebih besar.

b. Discoount, yaitu untuk pemberian potongan harga kepada langganan dengan memperhatikan jumlah dan frekuensi dari pembelian barang.

c. Allowance, yaitu pemberian harga khusus pada produk tertentu yang dihasilkan oleh perusahaan dengan maksud untuk memikat konsumen.

d. Payment Proidicredit Terms, yaitu dalam penentuan waktu pembayaran/ syara-syarat kredit lainnya yang dapat dikontrol oleh perusahaan serta dapat menimbulkan kerin­ganan bagi pembeli (konsumen).

3 Place (tempat/ saluran distribusi)

Untuk lebih memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen, maka salah satu faktor yang penting adalah Saluran distribusi menurut Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (2002 : 28), menyatakan bahwa saluran distribusi digunakan sebagai tempat penyaluran barang dan jasa.

Menurut Stanton, Marketing Praktris, (2000 : 119) saluran distribusi merupakan suatu alternatif bagi perusahaan bagaimana untuk memperlancar barang dan jasa hasil produk, karena bermunculan produk yang sama, peranan saluran disirbusi dalam memerangi saingan dan tantangan perlu diatasi serta harus dilewati, kecermatan dan kelihaian pengelola perusahaan ditentukan oleh keunggulan menghadapi pesaing muncul dengan sendirinya.   

Bilamana terjadi suatu kesalahan dalam pemlihan distribusi akan memberikan pengaruh yang dapat memperlambat atau menghambat usaha penyaluran barang dan jasa. Produk yang sudah memenuhi Standar Industri Indonesia dan sudah memenuhi selera konsumen namun jika ternyata saluran distribusi yang digunakan tidak mempunyai kemampuan dan inisiatif atau kurang bertanggung jawab, maka usaha penyaluran akan mengalami hambatan.

Oleh Simorangkir, dalam bukunya Marketing Praktis (2004 : 29) secara umum saluran distribusi dapat dibedakan dalam beberapa macam menurut rangkaiannya, sebagai berikut :

1. Produsen ke konsumen, ialah dalam bentuk saluran distribusi yang paling pendek dan sederhana adalah saluran distribusi dari produsen langsung ke konsumen tanpa menggunakan perantara, atau bisa disebut distribusi secara langsung. Produsen disini kurang memperhatikan salurtan distrbusi yang telah terbangun selama ini.

2. Produsen ke pengecer ke konsumen, ialah suatu hal dapat dipengaruhi oleh konsumen atau pengecer secara langsung melakukan penjualan kepada konsumen. Adapun beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga secara langsung melayani konsumen.

3. Produsen ke pedagangan besar ke pengecer ke konsumen, yang berarti bahwa saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Produsen disini hanya berhubungan kepada pedagang besar (pengusaha besar) tidak melayani pengecer dan penjual. Produsen disini khususnya melayani dalam partai besar tanpa menghiraukan pengecer dan penjual.

4. Produsen ke agen ke pengecer ke konsumen, dalam melaksanakan saluran distribusi produsen memilih agen (agen penjualan atau pabrik) sebagai penyalurannya. Produsen menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada dan sasaran penjualannya terutama diajukan kepada pengecer.

5. Produsen ke agen ke pedagangan besar ke pengecer ke konsumen, yang berarti saluran distribusi ini berfungsi untuk saling menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan.        

Dalam memilih alternatif mana yang terbaik dari saluran distribusi dalam berbagai macam alternatif, maka produsen memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh seperti pertimbangan pasar, barang, perusahaan dan perantara dalam perdagangan.

Penentuan tempat dengan tepat akan lebih memudahkan dilancarkannya program pemasaran secara efektif dan efi­sien. Oleh Simorangkir, Marketing Praktis (2004 : 87)Place dalam memasarkan meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Channel Distribution, yaitu menentukan saluran distribusi terutama dalam artian fisik yang meliputi sasaran penyimpangan/ pemeliharaan dan banyaknya pedagang peran­tara yang terdapat dalam channel. Dengan memperhatikan kedua hal tersebut maka penyaluran barang ke konsumen dapat lebih dan tepat.

b. Coverage, yaitu menyangkut tentang pemberian informasi secara cepat dan tepat dari perusahaan ke konsumen dan sebaliknya. Hal ini dimaksudkan untuk secepatnya dapat memperoleh informasi atas segala perubahan yang terjadi terutama dalam lingkungan perusahaan.

c. Outlet lokation, yaitu menyangkut penempatan lokasi yang merupakan pusat barang untuk dialokasikan ke berbagai daerah penjualan (konsumen).

d. Sales therry, yaitu menyangkut jangkauan produk yang dihasilkan oleh perusahaan dengan memperhatikan klasifi­kasi tertentu dari pola konsumen misalnya pendapatan selera dan lain-lain.

e. Inventory levels, yaitu tentang jumlah persediaan yang harus ada dalam perusahaan pada pedagang perantara yang tujuannya untuk menjaga timbulnya kekosongan produk di daerah pemasaran. Kekosongan produk dapat menyebabkan masunya produk dari perusahaan lain atau hilangnya kepercayaan konsumen pada perusahaan.

f. Transportations, yaitu menyangkut kelancaran operasional perusahaan terutama kemampuan perusahaan untuk mengkafer daerah konsumen sampai jarak terdekat.

4 Promotion (Promosi)

Setiap kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan penyampaian berita mengenai produk yang dihasilkan kepada konsumen yang dapat dilihat dalam bentuk :

a. Advertising, yaitu kegiatan komunikasi individu dengan menggunakan sejumlah biaya melalui cara berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non lembaga serta individu-individu.                                   

Salah satu pertimbangan utama dalam pelaksanaan program periklanan adalah faktor biaya. Berbeda halnya dengan kegiatan publitas yang disiarkan tanpa memerlukan banyak biaya.

Periklanan dilaksanakan oleh pihak penjual dan pihak pembeli yang bermotifkan penawaran atas sesuatu produk, jasa dan secara lisan dan tulisan.

Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan periklanan diantaranya sebagai berikut :

Periklanan merupakan suatu cara penyampaian yang bernilai ekonomi pada suatu penawaran produk.

1. Periklanan yang merupakan suatu alat persuasif jadi produsen dapat mengadakan periklanan untuk membujuk masyarakat agar tertarik untuk mencoba atau membeli produk yang diiklankan.

2. Periklanan merupakan suatu alat untuk menciptakan image (kesan).

3. Periklanan merupakan suatu alat untuk memuaskan keinginan pembeli dan penjual.                                                                            

b. Personal selling, yaitu sasaran dari kegiatan pemasaran adalah bagaimana untuk meningkatkan penjualan sehingga dapat menghasilkan laba maksimal dan akhirnya menciptakan kepuasan konsumen yang merupakan sasaran jangka panjang.

Personal selling merupakan salah satu metode promosi untuk mencapai tujuan tersebut. Metode ini memerlukan lebih banyak tenaga penjual (salesman). Personal selling adalah intensifikasi antara individu yang saling bertemu muka yang tujuannya untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tujuan Utama Pelaporan Keuangan dalam rerangka Konseptual FSAB :

 1. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupu...