Kamis, 28 Januari 2021

Pengertian dan Apa Itu Kinerja


Suatu hal yang sangat penting dalam mencapai tujuan perusahaan adalah kinerja karyawan. Menurut Anwar P. Mangkunegara (2000:67), kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Selanjutnya menurut Wibowo (2007:67) kinerja adalah merupakan suatu proses tentang bagaimana pekerjaan berlangsung untuk mencapai hasil kerja.

Kemudian menurut Achmad S. Ruky (2001:16) kinerja atau prestasi kerja adalah sebagai hasil atau apa yang keluar (outcomes) dari sebuah pekerjaan dan kontribusi mereka pada organisasi.

Selanjutnya lagi menurut Syafaruddin Alwi (2001:179) kinerja adalah proses melalui kegiatan-kegiatan karyawan dan hasil yang diperolehnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai organisasi.

Sesuai dengan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja adalah proses tentang bagaimana pekerjaan berlangsung dengan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas sebagai kontribusi bagi organisasi atau perusahaan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.    


Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan


          Pengaruh lingkungan kerja merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan oleh perusahaan karena akan berdampak pada kinerja karyawan yang berpengaruh terhadap perusahaan.

Menurut Budi W. Soetjipto (2004:87) pengaruh lingkungan kerja adalah segala sesuatu hal atau unsur-unsur yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap organisasi atau perusahaan yang akan memberikan dampak baik ataupun buruk terhadap kinerja karyawan. Kemudian dia membagi dua dimensi utama yang digunakan, yaitu

1. Tingkat Perubahan

Tingkat perubahan akan melihat sejauh mana stabilitas suatu lingkungan yang diukur dengan skala tingkat perubahan stabil dan perubahan dinamis.

2. Tingkat Homogenitas

Tingkat homogenitas akan melihat sejauh mana kompleksitas lingkungan yang diukur organisasi dikatakan berada dalam kondisi ketidakpastian apabila organisasi tersebut menghadapi perubahan lingkungan yang cepat.

         Selanjutnya menurut Amirullah Haris Budiyono (2004:33) pengaruh lingkungan kerja merupakan berbagai perubahan dan pengaruh lingkungan kerja tersebut meliputi aspek internal dan eksternal. Pengaruh atau perubahan eksternal dalam lingkungan kerja yaitu persaingan domestik dan internasional (kinerja karyawan dan pemberdayaan), karakteristik demografi (gender, pendapatan, minoritas, mayoritas, dan diversitas angkatan kerja), karakteristik angkatan kerja (tingkat pendidikan dan nilai budaya kerja). Serta terakhir trend ekonomi dan organisasional yang meliputi: perubahan skill dan pekerjaan, perubahan organisasi, kemajuan teknologi, dan otomatisasi. Sedangkan perubahan atau pengaruh Internal dalam lingkungan kerja atau bisnis meliputi permasalahan manajemen puncak (nilai dan budaya, hak dan etika serta program pengembangan), struktur organisasi (manajemen sumber daya strategis), budaya organisasi (filosofi sumber daya manusia), ukuran organisasional (pengendalian perilaku).

          Selanjutnya menurut Fautisno Cardoso Gomes (2003:26) pengaruh lingkungan kerja adalah peranan dan perilaku yang mempengaruhi unsur-unsur sumber daya manusia yang akan berdampak pada kondisi kerja seseorang. Secara sederhana, kaitan-kaitan tersebut digambarkan sebagai berikut:

         


- Norma-norma (masyarakat)

- Nilai-nilai (masyarakat)

- Standar-standar pendidikan,dan

- Peluang-peluang

Gambar 1: Hubungan unsur-unsur manusia dengan lingkungan dan manajemen

Lingkungan                         

Unsur-unsur manusia

- Kemampuan

- Sikap, nilai

- Kebutuhan-kebutuhan, dan

- Ciri-ciri penduduk


Peranan dan perilaku manajemen




Sumber: Fautisno Cardoso Gomes (2003:27)


Dari pendapat tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan merupakan perubahan lingkungan kerja yang bersifat secara langsung maupun tidak langsung yang akan membawa dampak perubahan pada organisasi yang tidak terpisahkan karena pengaruh lingkungan kerja menyangkut banyak aspek dan tuntutan terhadap tujuan yang ingin dicapai.  

Pengertian Lingkungan Kerja


Setiap organisasi, pada umumnya baik yang berskala besar, menengah, maupun kecil, semuanya akan berinteraksi dengan lingkungan dimana organisasi atau perusahaan tersebut berada. Lingkungan itu sendiri mengalami perubahan-parubahan sehingga, organisasi atau perusahaan yang bisa bertahan hidup adalah organisasi yang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Sebaliknya, organisasi akan mengalami masa kehancuran apabila organisasi tersebut tidak memperhatikan perkembangan dan perubahan lingkungan disekitarnya.

Menurut George R. Terry (2006:23) lingkungan kerja dapat diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja organisasi atau perusahaan.



 

          Pengertian lain tentang lingkungan kerja diungkapkan oleh Amirulah Haris Budiyono (2004:51) bahwa lingkungan kerja merujuk pada lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan yang berada didalam maupun diluar organisasi tersebut dan secara potensial mempengaruhi kinerja organisasi itu.

Selanjutnya menurut Fautisno Cardoso Gomes (2003:25) lingkungan kerja adalah proses kerja dimana lingkungan saling berinteraksi menurut pola tertentu, dan masing-masing memiliki karakteristik dan/atau nilai-nilai tertentu mengenai organisasi yang tidak akan lepas dari pada lingkungan dimana organisasi itu berada, dan manusianya yang merupakan sentrum segalanya.

Sesuai dengan pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah komponen-komponen yang merujuk pada lembaga atau kekuatan yang berinteraksi langsung maupun tidak langsung menurut pola tertentu mengenai organisasi atau perusahaan yang tidak akan lepas dari pada lingkungan dimana organisasi atau peruasahaan itu berada.


Kinerja dalam suatu organisasi atau perusahaan dilakukan oleh segenap sumber daya manusia dalam organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja. Banyak sekali Faktor yang dapat mempengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankan kinerjanya sehingga tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dapat berubah.

Menurut Wibowo (2007:65) lingkugan kerja yang bisa memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:


1. Lingkungan Internal

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja atau prestasi kerja karyawan. Karyawan akan bekerja dengan produktif atau tidak tergantung pada kondisi pekerjaan yang secara langsung ataupun tidak langsung akan berdampak pada kelangsungan perusahaan. Menurut Wibowo (2007:65) lingkungan interal adalah komponen-komponen yang ada dalam lingkup organisasi atau perusahaan. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan internal, yaitu:

Kompetensi

Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap pekerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.

Terdapat 5 (lima) tipe karakteristik kompetensi, yaitu sebagai berikut:

1. Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang yang menyebabkan tindakan.

2. Sifat adalah karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi atau informasi.

3. Konsep diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang.

4. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik.

5. Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu.

b. Kepuasan Kerja

          Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak mnyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif ataupun negatif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Kepuasan kerja mempengaruhi tingkat absensi, perputaran tenaga kerja, semangat kerja, keluhan-keluhan, dan masalah-masalah lainnya. Dengan demikian hubungan kepuasan kerja akan mengarahkan kepelaksanaan kerja lebih baik, atau sebaliknya, prestasi kerja menimbulkan kepuasan.  

Stress Karyawan

          Berbagai bentuk kekuatiran dan masalah selalu dihadapi para karawan. Sterss adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya, pada diri karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Gejala-gejala ini menyangkut baik kesehatan phisik maupun kesehatan mental.

            Hampir setiap kondisi pekerjaan bisa menyebabkan stress tergantung pada reaksi karyawan. Bagaimanapun juga, ada sejumlah kondisi kerja yang sering menyebabkan stress bagi para karyawan. Diantara kondisi-kondisi kerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Beban kerja berlebihan

2. Tekanan atau desakan waktu

3. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai

4. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggungjawab

5. Kemenduaan peranan

6. Frustasi

7. Konflik antar pribadi dan atau antar kelompok

8. Perbedaan antar nilai-nilai perusahaan dan karyawan

9. Berbagai bentuk perubahan, dan lain-lain.

Kompensasi

            Faktor yang paling signifikan yang mempengaruhi kinerja karyawan serta kepuasan kerja karyawan adalah kompensasi atau upah. Upah merupakan pengganti atau jasa yang diberikan kepada karyawan. Adapun faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya didalam pemberian kompensasi atau upah adalah:

1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja,

2. Organisasi tenaga kerja/buruh,

3. Kemampuan perusahaan untuk membayar,

4. Keadilan dan kelayakan,

5. Produktivitas,

6. Biaya hidup, dan

7. Pemerintah.


2. Lingkungan Eksternal

Organisasi atau perusahaan seharusnya tidak hanya memusatkan perhatiannya pada lingkungan internal organisasai, tetapi perlu juga menyadari pentingnya pengaruh lingkungan eksternal terhadap kinerja karyawan yang akan berdampak pada organisasi yang dikelolanya. Menurut Wibowo (2007:70) lingkungan eksernal adalah komponen-komponen yang ada diluar organisasi atau perusahaan. Bagaimanapun juga, lingkungan eksternal pada saat sekarang ini sangat bergejolak, perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya sangat dinamis dan kadang-kadang pengaruhnya tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu. Karenanya manajemen dituntut untuk selalu bersikap tanggap dan adaptif, selalu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan dari lingkungan eksternal yaitu:

1. Sektor Sosial Ekonomi

Setiap segi sosial ekonomi dapat membantu atau menghambat upaya mencapai tujuan perusahaan dan menyebabkan keberhasilan ataupun kegagalan strategi. Nilai-nilai ini terwujud kedalam perubahan gaya hidup yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawannya serta interaksi karyawan terhadap pekerjaannya. Adapun Faktor-faktor sosial ekonimi, yaitu:

a. Masalah keluarga

b. Masalah kesehatan (kondisi phisik)

c. Masalah finansial

d. Perubahan-perubahan disekitar tempat tinggal atau tekanan sosial

e. Kesempatan untuk pengembangan karier

f. Masalah-masalah pribadi lainnya, dan lain-lain.

2. Sektor Teknologi

Disamping sektor sosial ekonomi, perubahan teknologi dapat memberi peluang besar untuk menigkatkan hasil, tujuan, atau mengancam kedudukan perusahaan karena akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung terhadap karyawan.

3. Sektor Pemerintah

Falsafah pemerintah dalam hubugannya dengan perusahaan dapat berubah-ubah sewaktu-waktu. Ini merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Tindakan pemerintah dapat memperbesar peluang atau hambatan usaha atau adakalanya keduanya bersamaan. Disamping mendorong dan membantu, pemerintah juga menciptakan ancaman, ini berarti mempengaruhi kelangsungan hidup dan keuntungan perusahaan. Dengan adanya peraturan pemerintah, maka akan berdampak pada perusahaan dan akan berimbas pada kinerja karyawan yang secara keseluruhan akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsug.

4. Pesaing

Pesaing merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Kondisi persaingan yang begitu ketat akan mempengaruhi keadaan suatu perusahaan, dengan demikian kinerja karyawan sangatlah penting dan dituntut sebagai masukan atau hasil kerja yang lebih baik sehingga perusahaan dapat menghadapi kondisi yang seperti ini.

Rabu, 27 Januari 2021

Pengertian Konsumen

 Pengertian Konsumen      

         Perusahaan yang berorientasi pada konsumen harus menentukan secara cermat apa yang menjadi kebutuhan konsumen dari sudut pandang konsumen, bukan dari sudut pandang produsen karena tujuannya bagaimanapun juga adalah menciptakan penjualan melalui kepuasan konsumen. Apabila selera atau permintaan konsumn menghendaki rendah sebaliknya harga jual juga harus ditetapkan rendah dan juga sebaliknya harga jualnya tinggi pula. 

Pengertian dan Apa Itu Laba

 

         Ukuran yang sering kita pakai untuk sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Sedangkan laba sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu harga jual produk, biaya dan volume penjualan. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan, harga jual mempengaruhi volume penjualan, dan volume produksi mempengaruhi biaya.

               Menurut Bambang Riyanto (1998, Hal 27) mengatakan bahwa Laba adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu sebagai akibat dari kebijaksanaan dan putusan atas penggunaan dana dalam perusahaan.

         Sedangkan menurut Alex S.Nitisemito (1998, Hal 78) mengatakan bahwa Laba adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dengan persen”.

               Selanjutnya, menurut Erwan Dukat (1997, Hal 3) mengatakan bahwa Laba diukur dengan keberhasilan suatu perusahaan dalam mempertahankan kebijaksanaan deviden yang menguntungkan sementara pada saat yang bersamaan mampu untuk menunjukkan adanya suatu kenaikan modal yang stabil dan mantap.

               Dari beberapa pengertian laba yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa laba adalah keuntungan yang dicapai olh perusahaan yang dinyatakan dengan persentase, setelah membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan besarnya modal yang digunakan.


Selasa, 26 Januari 2021

Pengertian dan Apa Itu Produk

 

Banyak contoh dalam pasar yang dapat kita sebut sebagai produk, misalnya mobil, musik dalam pita kaset, bahkan tempat wisata, pangkas rambut dan jasa konsultasi dapat kita sebut sebagai produk.

Produk jasa merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Sesungguhnya pelanggan tidak membeli barang atau jasa, tetapi membeli manfaat dan nilai dari sesuatu yang ditawarkan.

         Menurut Kotler (2000, Hal. 428) pengertian Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau di konsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.

     Kemudian menurut Murti Sumarni (2003, Hal. 270) produk yaitu setiap apa saja yang bisa ditawarkan dipasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan.


Jenis-Jenis Biaya

 

      Dalam berbagai analisis keuangan, sering dihadapkan pada berbagai termiologi biaya, untuk itu perlu dibahas secara singkat penggolongan biaya, terutama yang sering digunakan dalam pembahasan managemen keuangan. Menurut Mulyadi (1998, Hal. 59) Jenis biaya dapat dibedakan atas beberapa yaitu :

1. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, terdiri dari :

a. Biaya Langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi disebabkan karena adanya sesuatu yang dibiayai atau berpengaruh langsung terhadap sesuatu kegiatan.

b. Biaya Tidak Langsung (Indirect cost) adalah biaya yang tidak mempengaruhi secara langsung suatu kegiatan.

2. Penggolongan biaya menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume penjualan, terdiri dari :

a. Biaya Variabel (Variabel Cost)

      Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan oleh adanya perubahan jumlah hasil apabila jumlah barang yang dihasilkan bertambah, maka biaya variabelnya juga akan meningkat. Biaya variabel yang dibebankan pada masing-masing unit disebut biaya variabel rata-rata (average variable cost).

b. Biaya Tetap (Average cost)

      Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak berubah-ubah untuk setiap tingkatan/sejumlah hasil yang diproduksi, termasuk biaya tetap ini antara lain : gaji pimpinan, sewa gedung, dan pajak kekayaan. Pada tingkat kapasitas tertentu atau selama jangka waktu yang pendek, biaya ini tetap sama besarnya tetapi untuk jangka panjang biaya ini akan berubah menjadi biaya variabel. Biaya tetap yang dibebankan pada masing-masing unit disebut biaya tetap rata-rata (Average fixed cost).

c. Biaya Total (Total cost)

         Biaya total merupakan seluruh biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya total yang dibebankan pada setiap unit disebut biaya total rata-rata (Average total cost).

3. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan

a. Biaya Produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang siap jual.

b. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan dalam hubungannya dengan usaha untuk memenuhi pesanan dalam memasarkan hasil produksi.

Pengertian dan Apa Itu Biaya

 

               Suatu perusahaan yang memproduksi barang dan jasa atau yang memperjualbelikan barang dalam melaksanakan aktivitasnya memerlukan pengorbanan. Pengorbanan atau biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dimaksudkan untuk mencapai atau memperoleh keuntungan atau laba yang semaksimal mungkin.

               Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian biaya, seperti yang dikemukakan oleh Sunarto (2002, Hal 4,), menyatakan bahwa Biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan.

         Sedangkan menurut Buchari Alma (2000, Hal 125), menyatakan bahwa Biaya adalah suatu pengorbanan untuk membuat suatu barang atau untuk memperoleh suatu barang, yang bersifat ekonomis rasional. Jadi dalam pengorbanan ini tidak boleh mengandung unsur pemborosan, sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian, tidak dibebankan ke harga pokok.

               Sedangkan menurut Mulyadi (1999, Hal 34), menyatakan bahwa biaya dapat ditinjau dari dua segi antara lain yaitu : Pengertian biaya dalam arti luas, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan pengertian biaya dalam arti sempit adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk memperoleh penghasilan yang disebut dengan harga pokok.

               Dari beberapa pengertian biaya yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.

     

Senin, 25 Januari 2021

Jenis-Jenis Penjualan

  

Menurut Murti Sumarni (2003, Hal. 321) Penjualan dapat di bedakan menjadi :

1. Penjualan Langsung, yaitu suatu proses membantu dan membujuk satu atau lebih calon konsumen untuk membeli barang atau jasa atau bertindak sesuai ide tertentu dengan menggunakan komunikasi tatap muka.

2. Penjualan Tidak Langsung, yaitu bentuk presentase dan promosi gagasan barang dan jasa dengan menggunakan media tertentu seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, papan iklan, brosur dan lain-lain.

Pengertian dan Apa Itu Penjualan

 

         Tingkat hasil penjualan yang menguntungkan merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba yang diperoleh dengan melalui pemuasan keingian dan konsumen atau masyaakat. Dengan adanya laba atau keuntungan yang diperoleh, maka perusahaan dapat tumbuh dan berkembang serta menggunakan kemampuan yang lebih besar, dengan kata lain dapat memperkuat posisinya dalam membina kelangsungan hidupnya. Sehingga lebih leluasa dalam menyediakan barang dan jasa yang dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat memperkuat kondisi perekonomian secara menyeluruh.

         Adapun pengertian penjualan menurut Winardi (1999, Hal. 176), menyatakan bahwa Penjualan adalah hasil yang dicapai sebagai imbalan jasa-jasa yang diselenggarakan yang dilakukannya perniagaan transaksi dunia usaha.

               Sedangkan menurut Komaruddin (1997, Hal 76) menyatakan bahwa Penjualan adalah kegiatan untuk menukarkan barang dan jasa khususnya dengan uang. Dilihat dari sudut penjualan berarti kegiatan untuk mendapatkan pembeli.

               Dari beberapa pengertian penjualan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Penjualan adalah penyerahan barang dan jasa atau aktivitasnya lainnya dalam periode tertentu dengan membebankan suatu jumlah tertentu kepada langganan atau konsumen.

Metode Penetapan Harga Jual

 

Penetapan harga barang yang efesien sering merupakan masalah yang sulit bagi sebuah perusahaan, meskipun cara penetapan harga yang dipakai sama bagi semua perusahaan, tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produknya.

      Menurut Basu Swastha (1997, Hal 120) ada tiga cara atau metode penetapan harga yaitu :

a. Penetapan harga Biaya plus (Cost-Plus Pricing Method)

Dalam metode ini harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang dikehendaki pada unit tersebut. Harga jual produk dapat dihitung dengan rumus :

                               BIAYA TOTAL + MARJIN = HARGA JUAL

Penetapan Harga Mark Up ( Mark-Up Pricing Method)

Pada pokoknya penetapan harga mark-up ini hampir sama dengan penetapan harga biaya plus hanya saja para pedagang atau perusahaan lebih banyak menggunakan penutupan mark-up. Pedagang yang membeli barang-barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah menambah harga beli dengan sejumlah markUp

                  HARGA BELI + MARK UP = HARGA JUAL

c. Penetapan Harga Break Even (Break Even Pricing)

Sebuah metode penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan masih mempertimbangkan biaya adalah penetapan harga break-even. Perusahaan dapat diktakatan dalam keadaan break-even bilamana penghasilan yang diterima sama dengan ongkosnya, dengan anggapan bahwa harga jualnya sudah tertentu.

Minggu, 24 Januari 2021

Tujuan Penetapan Harga Jual

 

Dalam pengambilan keputusan dan menetapkan harga jual atau produk suatu perusahaan harus mempunyai tujuan dan sasaran tertentu. Baik untuk tujuan dan sasaran jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Hal ini dimaksudkan agar kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat terjaga untuk masa yang akan datang.

         Persaingan bisnis yang ketat mengharuskan perusahaan untuk lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan penetapan harga jual. Tingkat harga jual yang tepat akan mengarahkan perusahaan pada pencapaian laba yang optimal. Penetapan harga yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan ketidak mampuan bersaing dengan produk atau jasa sejenis dipasaran.

               Secara umum penetapan harga jual bertujuan untuk mengoptimalkan laba dan pertumbuhan perusahaan serta menjaga kontinuitasnya. Dalam jangka panjang semua biaya yang telah dikeluarkan, diharapkan dapat ditutupi oleh harga jual yang telah ditetapkan.

         Menurut Indriyo Gitosudarmo (2000, Hal 232) adapun tujuan penetapan harga yang sebenarnya ada bermacam-macam yaitu :

Mencapai target pengembangan investasi atau tingkat penjualan neto suatu perusahaan.

Alat persaingan terutama untuk perusahaan sejenis

Memaksimalkan profit

         Berdasarkan uraian diatas, untuk mencapai tujuan harga tersebut ada beberapa faktor penentu harga yang perlu dipertimbangkan yaitu :

Mengenal permintaan produk dan persaingan

Target pasar yang hendak diraih dan dilayani

Marketing mix strategi

            Sedangkan menurut Basu Swastha dan Irawan (1997, Hal 242), mengemukakan tujuan penetapan harga antara lain :

1. Meningkatkan penjualan

2. Mempertahankan dan memperbaiki market share

3. Stabilitas harga

Lebih lanjut dikemukakan oleh Basu Swastha dan Irawan (1997, Hal 45), tingkat harga yang terjadi dalam suatu pasar akan dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :

Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku. Semakin tinggi harga suatu barang yang ditetapkan, maka semakin kurang jumlah barang yang di beli oleh masyarakat.

b. Penawaran dan Permintaan

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga tertentu, sedangkan penawaran adalah suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada tingkat harga tertentu.

c. Elastisitas Permintaan

Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar. Di mana sifat permintaan pasar ini tidak hanya mempengaruhi penentuan harganya tetapi juga mempengaruhi volume yang dapat dijual.

d. Persaingan

Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. Barang-barang dari hasil pertanian misalnya dijual dalam keadaan persaingan murni. Dalam persaingan seperti ini penjual yang berjumlah banyak aktif menghadapi pembeli yang banyak pula. Sehinmgga banyaknya penjual dan pembeli ini akan mempersulit penjualan perseorangan untuk menjual dengan harga yang lebih tinggi kepada pembeli yang lain.

e. Biaya

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Dan sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya akan menghasilkan keuntungan.

Jenis-Jenis Harga

 

      Sebagaimana yang dikemukakan oleh Gito Sudarmono (2000, Hal. 225) Jenis-jenis harga terdiri dari :

2.1. Strategi Harga Produk Mix

      Persoalan strategi harga produk mix ini akan muncul apabila produk yang akan dtentukan harganya itu merupakan bagian dari keseluruhan produk yang akan dipasarkan, sehingga dalam penentuan harga suatu produk harus dipikirkan tentang pengaruhnya terhadap peningkatan keuntungan pada total produk mix. Dalam strategi ini dapatlah dibedakan empat situasi harga yaitu :

a. Harga Garis Produk (Harga Produk Line)

Pada umumnya suatu perusahaan tidak memproduksi produknya hanya satu jenis saja, tetapi banyak produk yang dihasilkan dalam suatu garis produk. Untuk itu harga juga ditentukan berbeda-beda untuk setiap produk agar dapat dikenal dengan mudah perbedaannya.

b. Harga Produk Optional

Perusahaan sering menjual barang-barang pelengkap (optional) dan asesorinya kepada konsumen sehingga dengan demikian konsumen dapat memilih produk yang diinginkannya.

c. Harga Produk Captive

      Ada juga perusahaan yang menjual produk tanpa disertai dengan produk penyertanya, sehingga konsumen tidak dapat menggunakan produk-produk utama itu tanpa produk penyertanya.

Pengertian dan Apa Itu Harga

 

        Harga merupakan nilai suatu barang yang diberikan seorang konsumen atau masyarakat, karena barang tersebut dapat memberikan manfaat bagi konsumen. Makin tinggi manfaat suatu barang bagi seseorang atau masyarakat, maka makin tinggi harga yang diberikan atas barang tersebut. Sebaliknya makin rendah manfaat suatu barang bagi seseorang, maka makin rendah pula harga yang diberikan pada barang tersebut. Hal ini terjadi karena barang tersebut memiliki kemampuan obyektif untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan seseorang. Pendekatan penilaian ini disebut nilai obyektif. Selain penetapan harga suatu barang dapat terjadi, karena barang tersebut dinilai memiliki manfaat secara obyektif bagi pemakainya, ini disebut nilai pakai subyektif.    

         Menurut Basu Swastha dan Irawan (1997, Hal 241), menyatakan bahwa Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Sedangkan menurut Buchari Alma (2000, Hal. 228) menyatakan bahwa Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah barang beserta jasa-jasa tertentu atau kombinasi keduanya.

      Dari defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa harga merupakan alat ukur yang dinyatakan dalam satuan uang untuk mendapatkan atau memiliki suatu barang dan pemiliknya mau melepaskan barang dan jasa, jika dia telah mendapatkan imbalan berupa sejumlah uang yang sesuai dengan harga yang telah disepakati. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa besarnya jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan sesuatu berupa barang dan jasa, sangat ditentukan oleh kesepakatan antara pembeli (konsumen) dan penjualanl (produsen).

Kamis, 21 Januari 2021

Bentuk-bentuk Pelayanan Jasa Pada Perum Pegadaian

 

Pelayanan jasa suatu model interaktif manajemen pelayanan yang mencerminkan hubungan perusahaan atau organisasi dengan para pelanggannya terdiri dari tiga elemen. Adapun kepuasan masyarakat dalam pelayanan Perum Pegadaian terdiri atas tiga hal, yaitu:


1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dimaksudkan adalah prosedur atau tata cara untuk memberikan layanan kepada para pelanggan yang melibatkan seluruh fasilitas fisik dan seluruh sumber daya manusia yang ada. Prosedur kerja adalah aspek administrasi yang sangat penting dalam suatu organisasi, menentukan berhasil tidaknya tugas-tugas kantor yang baik.

Pentingnya prosedur menurut Siagian Kerangka Dasar ilmu Administrasi (1999 : 62) adalah : Dalam suatu organisasi yang baik, terdapat serangkaian tata kerja atau prosedur yang mengikat semua anggota yang bersangkutan. Prosedur sangat penting karena ia berperan sebagai aturan permainan.

Suatu prosedur yang teratur dengan metode yang baik akan memperlancar arus pekerjaan dengan waktu yang tepat, akan tetapi bilamana dalam suatu kantor pelaksanaan akan pekerjaan kantor tidak menggunakan prosedur penyelenggaraan yang tepat, dapat membuat arus pekerjaan tidak lancar dan menggunakan waktu yang banyak. Sehubungan dengan hal itu, berikut akan dikemukakan definisi prosedur sebagai berikut:

Moekijat Kamus Manajemen Perkantoran dan pengawasan (1999 : 70) “Suatu prosedur adalah tugas-tugas yang saling berkaitan dan merupakan urutan kronologis (menurut waktu) dan cara untuk melaksanakan pekerjaan yang dilaksanakan.

Winardi (1999 : 35) Prosedur adalah suatu seri tindakan–tindakan administrasi, yang biasanya dilaksanakan dari satu orang yang merupakan suatu cara yang tetap dan diterima umum guna melaksanakan sebuah fase penting daripada suatu aktivitas.

Prosedur sebagai instruksi-instruksi tertulis dan lisan yang memberi sangsi legal pada suatu sistem yang menentukan dan menggambarkan keseluruhan pekerjaan yang merupakan suatu system. System ini haruslah konsisten dengan paket layanan yang dirancang sederhana mungkin dalam arti yang tidak kompleks sehingga membingungkan para pengguna jasa.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa prosedur dari suatu kantor adalah urutan-urutan daripada berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana dilakukannya, dimana melakukannya dan siapa yang melakukannya.

2. Personil (SDM yang memberikan pelayanan)

Personil ini dikelompokkan tiga bagian yaitu sumber daya manusia yang berintegrasi langsung dari pelanggan, pegawai yang memberikan pelayanan kepada pelanggan tetapi kadang kala saja dan sumber daya pendukung. Kualitas dan kemampuan karyawan dipenuhi oleh tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, mental, dan kemampuan fisik karyawan yang bersangkutan.

Kamaruddin (1999) Mengemukakan definisi personil, yaitu: Suatu keseluruhan yang berhubungan dengan orang-orang yang dipekerjakan di dalam suatu badan tertentu. Istilah ini biasanya digunakan untuk dua maksud: 1) Menunjuk kepada semua pegawai pada suatu kantor. 2) Pengupahan, pengaturan dan penggantian pegawai.

Dalam rangka pengembangan dan peningkatan mutu (pengetahuan dan kemampuan) pegawai, pendidikan dan pelatihan sangat penting bagi pengembangan SDM agar mereka mampu memberikan pelayanan yang bermutu kepada pelanggan, visi, misi dan nilai- nilai perusahaan atau strategi untuk mempertahankan pelanggan-pelanggan yang baru.


3. Sarana dan Prasarana   

Perum pegadaian mengembang tugas sebagai lembaga pelayanan umum dan untuk itu pelayanan yang diberikan haruslah memiliki kualitas yang baik. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam melayani masyarakat diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai.

Pelayanan yang berkualitas sudah tentu didukung oleh sarana dan prasarana yang ada. Berikut ini akan dikemukakan satu persatu factor sarana dan prasarana tersebut yang ada sebagai berikut :



a. Prasarana Perum Pegadaian

Prasarana merupakan gedung kantor yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan pekerjaan kantor.

Menurut Pamudji Analisa Sistem-Sistem bagi Administrasi yang efektif (1999) kantor adalah tempat (ruangan,bangunan, gedung) untuk melaksanakan pekerjaan kantor dan memberikan pelayanan kepada penduduk/pelanggan untuk menyelesaikan urusan-urusannya. Untuk itu sesuatu kantor harus ditentukan dimana penduduk dapat mencapainya.

Jadi kantor adalah tempat dimana pekerjaan kantor dan memberikan pelayanan kantor tersebut. Letak kantor sebaliknya diletakkan pada daerah yang strategi, artinya mudah untuk dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkannya.

Demikian halnya dengan kantor Perum Pegadaian yang telah kita ketahui bahwa Perum Pegadaian memberikan pelayanan jasa gadai kepada masyarakat. Dan untuk mencapai pelayanan jasa gadai kepada masyarakat yang seluas mungkin. Perum Pegadaian menyebabkan 624 unit kantor cabang yang tersebar diseluruh Indonesia. Sedangkan yang masuk kedalam wilayah kantor daerah V Makassar sebanyak 58 cabang yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

b. Sarana Perum Pegadaian

Sarana pelayanan yang dimaksud disini adalah segala jenis peralatan dan fasilitas pelayanan yang berfungsi sebagai alat utama/ pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan dan juga berfungsi social dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja Perum Pegadaian.

1. Peralatan

Peralatan yang berhubungan untuk menentukan dengan Perum Pegadaian adalah :

a) Alat uji kadar emas/perak

Alat ini digunakan untuk menentukan kadar emas yang terkandung dalam sebuah emas. Alat ini terdiri dari batupenggosok dan cairan yang tersimpan dalam botol. Untuk cairan yang pertama dinamakan salpiter dan untuk cairan kedua dinamakan Konegswatu. Disamping alat tersebut masih ada lagi alat penguji kadar emas yang dinamakan jarum uji emas.

b) Alat uji berlian

Alat ini digunakan untuk mengetahui kadar berlian. Alat ini mempunyai mata penguji yang menyerupai pena dan pada bagian atas terdapat indicator petunjuk dari lampu yang berwarna-warni untuk menentukan kadar berlian yang dikenal dengan Diamond Selector dan alat uji berlian lainnya dinamakan jarum uji berlian.

c) Timbangan emas/perak

Timbangan ini digunakan khusus untuk mengukur berat emas/perak. Alat ini bekerja apabila tombomi diatas timbangan diputar sehingga bagian atas timbangan bergerak ke atas. Timbangan ini biasanya dilengkapi dengan boks (tempat) yang terbuat dari kayu dan kaca melindungi timbangan dari pengaruh angin.

2. Sarana pelayanan lainnya seperti :

a) Kantong kertas plastic untuk barang gadai emas

b) Komputer

c) Kalkulator

3. Ruangan

Yang dimaksud dengan ruangan yaitu adanya pembangunan ruangan yang memadai antara ruangan tunggu nasabah dan ruangan kerja pegawai. Adapun tata ruang yang ada di Perum Pegadaian Cabang Jeneponto meliputi :

a) Ruangan tunggu nasabah.

b) Ruangan operasional/ kegiatan pegawai.

c) Ruangan penyimpanan barang-barang gadai.

Adapun fungsi sarana pelayanan tersebut antara lain :

a) Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menghemat waktu.

b) Meningkatkan produktivitas, baik barang atau jasa.

c) Kualitas produk yang lebih terjamin dan baik.

d) Ketepatan susunan dan stabilitas ukuran terjamin.

e) Lebih mudah/ sederhana dalam gerak para pelaku.

f) Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan.

g) Menimbulkan perasaan puas pada orang-orang yang berkepentingan sehingga mengurangi sifat emosional mereka.

Oleh karena itu peranan sarana pelayanan sangat penting disamping sudah tentu manusianya sendiri.

Pengertian Fungsi dan Tujuan Pengadaian

 


Perum adalah singkatan dari usaha-usaha Negara perusahaan umum (public corporation). Maka usaha perum adalah melayani kepentingan umum. Kepentingan tersebut adalah kepentingan produksi, distribusi dan konsumsi secara keseluruhan. Disamping hal tersebut perum juga diperkenankan untuk memupuk keuntungan. Usaha-usaha yang dijalankan harus dipegang tegas syarat-syarat efisiensi economic cost. Efektivitas dan prinsip akuntansi dan efektivitas manajemen serta bentuk pelayanan yang baik terhadap masyarakat.
Perusahaan yang berstatus badan hukum dan diatur berdasarkan undang-undang. Perusahaan umum pada umumnya bergerak dibidang jasa-jasa vital dan mempunyai nama dan kekayaan sendiri seperti perusahaan swasta untuk mengadakan dan masuk kedalam surat perjanjian atau kontrak yang berhubungan dengan perusahaan lain. Perum dapat menuntut dan dituntut dan hubungan hukumnya diatur secara hukum perdata.
Pegadaian sebagai salah satu BUMN yang berbentuk perum dan merupakan salah satu lembaga formal di Indonesia yang berdasarkan hukum diperbolehkan melakukan pembiayaan dengan bentuk pelayanan kredit atas dasar hukum gadai.
Pengertian Pegadaian menurut Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (1999;42) Pegadaian merupakan suatu suku kata benda tentang pelayanan pinjaman uang dengan system gadai barang.
Sedangkan pengertian gadai menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150 oleh Sethyon Menapak Masa Depan dengan Kegigihan Masa lalu (2002) Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berhutang atau oleh seseorang lain atas namanya, dan yang memberikan kepuasan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
Pedoman Operasional Pegadaian (1999) menyebutkan Bahwa tugas pokok Perum Pegadaian adalah menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai dan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan tujuan perusahaan, atas persetujuan Menteri Keuangan. Dan untuk menyelenggarakan tugas-tugas pokok tersebut, Pegadaian mempunyai fungsi:
1.    Mengelolah penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai dengan cara cepat, mudah, dan aman.
2.    Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain yang menguntungkan bagi masyarakat ataupun perusahaan.
3.    Mengelolah keuangan, perlengkapan kepegawaian dan diklat
4.    Mengelolah organisasi, tata kerja dan tata laksana
5.    Melakukan penelitian  dan pengembangan
6.    Mengawasi pengelolah perusahaan
Perum Pegadaian merupakan suatu lembaga pelayanan umum. Khususnya melayani masyarakat yang membutuhkan pinjaman uang atas dasar hukum gadai.
Pelayanan Perum Pegadaian yang diberikan kepada masyarakat dapat digolongkan sebagai berikut:
1.    Pelayanan gadai barang
2.    Pelayanan bayar sewa mobil (bunga)
3.    Pelayanan tebus barang gadai
4.    Pelayanan lelang barang gadai
Keempat tugas pokok tersebut merupakan usaha pokok Perum Pegadaian. Akan tetapi juga mengadakan diversivikasi usaha lain seperti pelayanan jasa taksiran, jasa titipan, took emas (gold center), serta pelayanan koin emas ONH.
Sedangkan tujuan Perum Pegadaian pada prinsipnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolahan yaitu:
1.    Nasabah yang mengajukan permohonan harus dapat dipertanggung jawabkan.
2.    Barang yang akan dijadikan Agunan tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan.
3.    Barang jaminan tersebut mempunyai nilai / harga secara umum.
4.    Nasabah yang bersangkutan menyetujui dan mematuhi ketentuan.
Jenis barang yang dapat dijadikan sebagai barang jaminan pada prinsipnya adalah barang-barang bergerak antara lain:
1.    Barang-barang perhiasan yaitu semua perhiasan yang dapat dibuat dari emas, perhiasan perak, platina, baik yang berhiaskan intan, mutiara, batu maupun tidak.
2.    Barang-barang elektronika : TV, kulkas, radio, tape recorder, video, radio kaset.
3.    Kendaraan sepeda, sepeda motor, mobil.
4.    Barang-barang rumah tangga, barang-barang pecah belah.
5.    Mesin; mesin jahit dan mesin motor kapal.
6.    Tekstil: kain batik, permadani.
7.    Barang-barang lain yang dianggap bernilai.
Kemudian Perum Pegadaian mengklasifikasikan profesi nasabah yang menjadi sasaran pemberian uang pinjaman sebagai berikut:
a.    Petani
b.    Nelayan
c.    Industri
d.    Pedagang
e.    Karyawan
f.     Dan lain-lain
Besarnya pinjaman yang dapat diberikan relative memadai mulai dari Rp. 20.000,- sampai dengan Rp.200.000,- per barang jaminan.
Perum pegadaian mengelompokkan uang pinjaman menjadi empat golongan seperti yang diatur dalam surat edaran Menteri Keuangan No.18 tahun 1999, keempat golongan tersebut yaitu:
1.    Golongan A dengan besar pinjaman Rp.5000.-s/d Rp.40.000,-
2.    Golongan B dengan besar pinjaman Rp.41.000,-s/d Rp.150.000,-
3.    Golongan C dengan besar pinjaman Rp.151.000,- s/d Rp.500.000,-
4.    Golongan D dengan besar pinjaman Rp.501.000,- s/d Rp.20.000.000,-
Adapun tarif sewa modal dan maksimum sewa modal yaitu:
1.    Tingkat bunga / sewa modal untuk golongan A 1,25% per 15 hari maksimum 9% per 120 hari (bulan)
2.    Tingkat bunga / sewa modal untuk golongan B 1,75% per 15 hari maksimum 12% per 120 hari (bulan)
3.    Tingkat bunga / sewa modal untuk golongan C 1,75% per 15 hari maksimum 12% per 120 hari (bulan)
4.    Tingkat bunga / sewa modal untuk golongan D 1,75% per 15 hari maksimum 12% per 120 hari (bulan)
Akan tetapi sejak bulan September tahun 2003 pengolongan barang di Perum pegadaian sudah menjadi enam golongan diantaranya:
1.    Golongan A dengan besar pinjaman Rp.20.000,- s/d Rp.150.000,-
2.    Golongan B dengan besar pinjaman Rp.151.000,- s/d Rp.500.000,-
3.    Golongan C dengan besar pinjaman Rp.505.000,- s/d Rp.1000.000,-
4.    Golongan D dengan besar pinjaman Rp.1.010.000,- s/d Rp.20.000.000,-
5.    Golongan D1 dengan besar pinjaman Rp.20.050.000,- s/d Rp.50.000.000,-
6.    Golongan D2 dengan besar pinjaman Rp.50.100.000,- s/d Rp.200.000.000,- begitu juga dengan tariff sewa modal dan maksimum sewa modal.
Barang-barang yang digadaikan Perum pegadaian biasanya barang-barang yang khas milik rakyat, akan tetapi tidak menutup kemungkinan barang-barang dari kaum konglomerat dapat pula diterima.
Adapun barang-barang yang tidak dapat digadaikan menurut Aturan Dasar Pegadaian pasal 6 antara lain:
1.    Barang milik pemerintah
Yaitu semua senjata, pakaian dinas dan alat perlengkapan ABRI / TNI, meskipun yang menggadaikan orang-orang sipil, juga perlengkapan milik pemerintah lainnya yang diberikan kepada pegawai sebagai pinjaman  
2.    Bahan makanan
Bahan makanan yang mudah rusak dan mudah busuk, termasuk makanan dan minuman kaleng, botol atau peti juga segala obat dan sebagainya.
3.    Barang yang amat kotor, yaitu barang yang tidak terdaftar dalam salah satu larangan yang diterima sebagai barang jaminan tetapi keadaannya kotor. Barang-barang yang dapat menimbulkan kebakaran / letusan, seperti korek api, bensin, minyak tanah, tabung berisi gas, mercon (petasan) dan lain-lain.
4.    Barang-barang yang tidak tetap harganya atau sukar untuk ditetapk
5.    an taksirannya, seperti barang purbakala, buku-buku, alat pemotret, takaran atau timbangan.
6.    Barang-barang yang memerlukan surat izin atau dilarang penjualannya kalau dilelang, seperti senjata api dan bagian-bagiannya, mesin / peluru, senapan angin kecuali motor, televise dan radio.
7.    Barang-barang yang dilarang peredarannya seperti ganja, heroin, dan opium.

Disamping itu, barang-barang tersebut adapula yang dilarang diterima yaitu:
1.    Barang yang disewa belikan
2.    Reng- rengan kain batik yang ada cap pemiliknya.
3.    Barang dagangan dalam jumlah besar seperti kain sarung, arloji dan lain-lain.
4.    Berlian atau paset yang terlepas dari emas pasir.

Pengertian dan Apa itu Pendapatan

 

Pengertian pendapatan dapat ditemui dalam berbagai literature akuntansi baik mengenai sumber, cara memperoleh maupun cara mengukurnya. Pendapatan ini dapat terjadi setiap saat dan dapat pula terjadi pada waktu-waktu tertentu. Menurut Harnanto (1999:14) menyatakan : pendapatan adalah semua sumber-sumber ekonomi yang diterima oleh perusahan dari transaksi penjualan barang dan penyerahan jasa kepada pihak lain.

Definisi di atas menjelaskan bahwa sumber pendapatan adalah dari hasil penjualan barang-barang dan penyerahan jasa. Dalam hal ini telah terjadi penjualan atau penyerahan jasa. Sedangkan kita ikuti definisi oleh Zaki Baridwan (1999 : 30) sebagai berikut : Revenue adalah aktiva masuk dan kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya), selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha. Selanjutnya Zaki Baridwan (1999 : 2) menyatakan bahwa : hasil penjualan atau penghasilan jasa kepada pembeli selama suatu periode akuntansi di kurangi penjualan return dan potongan.

Definisi tersebut memberi arti, bahwa revenue atau pendapatan adalah keseluruhan penerimaan dari hasil penjualan barang-barang atau jasa yang diperoleh oleh suatu unit usaha selama periode tertentu. Ikatan Akuntansi Indonesia dalam standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 23 (1999 : 3) memberi penjelasan mengenai pendapatan atau revenue adalah ; Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan atau oleh dirinya sendiri. Jumlah yang ditagi atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir keperusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas dan karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan.

Mengenai pengukuran pendapatan dalam buku standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 23 ( 1999 : 4 ) dikatakan bahwa ; pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Dari beberapa definisi serta penjelasan yang dikemukakan oleh berbagai pengarang yang telah diuraika di atas mengenai pengertian revenue sudah cukup jelas, baik mengenai sumbernya maupun cara untuk mangukurnya. Untuk itu penelitian dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai sehubungan dengan revenue sebagai berikut :

1. Pendapatan (revenue) biasa terjadi setiap saat, dan bisa juga terjadi secara berkala atau pada saat tertentu.

2. Pendapatan (revenue) diperoleh melalui hasil penjualan barang atau jasa, dengan kata lain revenue timbul karena adanya barang atau jasa yang dijual kepada konsumen. Pendapatan dapat pula diperoleh dari penjualan atau pertukaran aktiva diluar barang barang atau pertukaran aktiva tetap juga hasil dari hasil investasi seperti bunga, dividend dan lain-lain.

3. Pendapatan (revenue) yang sifatnya menambah atau menaikan nilai kekayaan pemilik akibat adanya penilaian kembali atas aktiva tetap perusahaan dan aktiva yang timbul dari pembelian harta, investasi oleh pemilik, pinjaman-pinjaman ataupun koreksi rugi laba periode tahun lalu, tidak dapat di kategorikan sebagai pendapatan (revenue).

Pengertian penghasilan (income) sering disamakan, dengan pengertian pendapatan (revenue), padahal dalam literature akuntansi sesungguhnya kedua istilah tersebut mempunyai arti yang berbeda. Jika pendapatan masih merupakan pendapatan kotor yang belum dikurangi biaya dan beban untuk memperolehnya, maka penghasilan adalah pendapatan dikurangi dengan biaya (cost) dan beban (expense).

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengertian penghasilan maka penulis akan mengutip beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli dalam berbagai literature akuntansi. Zaki Baridwan Intermediate Accounting (1999 : 30) memberikan definisi penghasilan sebagai berikut; Penghasilan (income) adalah penghasilan-penghasilan sesudah dikurangi biaya-biaya, bila pendapatan lebih kecil dari biaya, selisihnya sering disebut rugi. Dalam hal yang dimaksud dengan penghasilan adalah penerimaan-penerimaan bersih yang diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan atau jasa selama satu periode dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi dalam periode dimana hasil itu diperoleh (periode yang sama).

Selanjutnya penjelasan Harnanto Akuntansi Untuk Usahawan (1999 : 23) sebagai berikut; setelah dikurangi dengan biaya yang bersangkutan, maka sisa yang tertinggal dinamakan laba dan begitupun kalau sisanya lebih tinggi biaya-biaya yang digunakan dibandingkan dengan penghasilan yang diperoleh disebut rugi.

Dalam hal penghasilan disamakan dengan laba, dimana laba diperoleh apabila biaya-biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada pendapatan, maka hasil ini akan menimbulkan kerugian.

Lebih lanjut kita akan mengikuti penjelasan yang di berikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia PSAK No. 25 (1999 : 1) bahwa; penghasilan (income) mengikuti baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividend, royalty dan sewa.

Dari sejumlah definisi mengenai pendapatan dan income yang telah dikemukakan diatas, maka jelaslah income tidak sama dengan revenue walaupun dalam arti sehari-hari sering kita mendengar kedua istilah tersebut adalah sama padahal keduanya adalah berbeda walaupun mempunyai kaitan yang erat satu dengan yang lainnya.

Rabu, 20 Januari 2021

Pengertian dan Apa Itu Pelayanan dan Kualitas Pelayanan

 

Dualisme pelayanan sebagai proses dan produk sudah semakin menyatu, bahkan dapat dikatakan bahwa dalam setiap produk melekat unsur pelayanan. Dengan kata lain tidak ada produk yang tidak disertai dengan pelayanan. Sejalan dengan itu maka (hampir) tidak ada perusahaan yang benar-benar manufaktur murni, karena dalam perusahaan tersebut unsur pelayanan tetap ada, bahkan

cenderung dominan. Tidak hanya pada tingkat operasional tetapi juga pada tingkat puncak manajemen.

Menurut Moenir Manajemen Pelayanan Umum (1999:16) mengemukakan pengertian pelayanan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kepentingan orang banyak.

Alasannya pelayanan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu dunia usaha dan merupakan gambaran kebiasaan yang diberikan kepada orang lain dalam bentuk sikap, kegiatan mulai dari perencanaan dalam membuat suatu produk, berupa barang atau jasa dilanjutkan dengan proses pengepakan, penyaluran dan berakhir pada kepuasan konsumsi.

Sedangkan menurut Sianipar, Manajemen Pelayanan Masyarakat (1999) mengemukakan bahwa pelayanan adalah suatu cara, teknik atau kemampuan memenuhi, menanggapi kebutuhan dan keluhan orang lain secara khas sehingga memuaskan.

Dalam pengertian pelayanan terkandung suatu kondisi yang melayani yakni memiliki suatu keterampilan, keahlian dibidang tertentu.Berdasarkan keterampilan dan keahlian pihak tersebut mempunyai posisi atau nilai lebih dalam kecakapan tertentu, sehingga mampu memberikan bantuan dalam menyelesaikan suatu keperluan, kebutuhan individu atau organisasi.

Kemudian menurut Heskett, Visi Kualitas jasa dalam Hutabarat (1999:20) menyatakan bahwa pelayanan merupakan kunci sukses, oleh karena itu kualitas pelayanan harus menjadi fokus perhatian manajemen perusahaan dalam menjalankan usaha.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan itu. Dan itu berarti penerapan kualitas pelayanan harus diberikan terbaik pertama kali.

Pelayanan juga berarti melayani, membantu, menyiapkan, menerima, menyabut dan mengurus apa-apa yang diperlukan seseorang. Pelayanan yang diberikan oleh Perum Pegadaian Cabang Jeneponto. Kepada masyarakat tentunya diharapkan akan memudahkan dan memperlancar proses pekerjaan yang mereka lakukan khususnya pemenuhan kebutuhannya.

Selanjutnya menurut Thoha, Perbaikan Administrasi di Indonesia (1999:47) mengemukakan bahwa pelayanan social merupakan suatu usaha yana dilakukan oleh seseorang/ kelompok orang atau institusi tertentu untuk memberikan bantuan atau kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Pelayanan itu menjadi penting dan peka karena senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat, jika kurang sedikit saja pemberian pelayanan tersebut maka akan cepat menyinggung komentar orang.

Dan kemudian menurut Zeithami Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui Kualitas Pelayanan dalam Aviliani dan Wilfrijdus (1999:10), perwujudan kualitas pelayanan dilihat dari kepuasan pelanggan dapat diidentifikasikan melalui lima dimensi kualitas pelayanan yaitu:

1. Kehandalan (reliability)

Suatu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijalankan dengan akurat dan terpercaya. Kinerja yang sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketetapan waktu , pelayanan yang sama untuk semua pelanggan dan tanpa kesalahan.

2. Ketanggapan (responsiveness)

Suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) kepada pelanggan, memberikan konsumen menunggu tanpa adanya alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif terhadap kualitas pelayanan. Para peristiwa pelayanan yang gagal, kemampuan untuk segera membatasi hal tersebut secara professional dapat memberikan persepsi yang positif terhadap kualitas pelayanan.

3. Jaminan / kepastian (assurance)

Pengetahuan dan keramahan karyawan serta kemampuan untuk melaksanakan tugas secara spontan yang dapat menunjang kinerja yang baik sehingga menimbulkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan (bebas dari keragu-raguan)

4. Empati (empathy)

Memberikan perhatian yang bersifat individual atau pribadi kepada pelanggan dan berupaya untuk memahami keinginan konsumen. Kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan pemahaman atas kebutuhan para pelanggan.

5. Berwujud (Tangibles)

Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik harus dapat di andalkan, keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Jadi ini mencakup fasilitas fisik, perlengkapan, penampilan pegawai dan sarana komunikasi yang ada.

Pengertian Populasi dan Sampel

 

1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2001 : 57) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek-obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2001 : 57) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Pengertian Kinerja

 

Istilah Kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000: 67) Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
 Secara umum kinerja diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata (menyelesaikan tugas-tugas) dengan masukan yang sebenarnya, atau kinerja adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dengan masukan atau output dengan input. Masukan dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan nilai fisik.
Menurut John Suprianto (1994 : 18) mengartikan, kinerja sebagai tingkat efisiensi dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan, atau cara memanfaatkan secara baik sumber-sumber dalam menyelesaikan pekerjaan.
Kinerja atau peningkatan kinerja sangat tergantung pada kemampuan pegawai yang bersangkutan.

Selasa, 19 Januari 2021

Metode Pelatihan

 

menurut Alex S. Nitisemito dalam bukunya Manajemen Personalia (1996 : 65) metode pelatihan adalah sebagai berikut :


On the job training

On the job training merupakan metode latihan yang paling banyak dipergunakan atau juga disebut pelatihan langsung pada jabatan, bertujuan mengenalkan langsung pada peserta pelatihan tentang seluk-beluk tugas. Metode on the job training cocok bagi pelatihan karyawan baru, karyawan magang, penggunaan teknologi baru dan karyawan yang baru di promosikan pada jabatan baru. Sistem ini terutama memberikan tugas kepada karyawan yang baru dilatih. Karena itu para manajer sering beranggapan bahwa sistem ini merupakan sistem yang ekonomis, karena tidak perlu menyediakan fasilitas khusus untuk latihan.

Vestibule School / Training

Vestibule school merupakan bentuk latihan dimana pelatihnya bukanlah para atasan langsung, tetapi pelatih-pelatih khusus. Alasannya terutama adalah untuk menghindarkan para atasan langsung tersebut dengan tambahan kewajiban dan memusatkan latihan hanya kepada para ahli dalam bidang latihan.

Cara semacam ini bisa menimbulkan konflik antara atasan langsung dengan para pelatih apabila ternyata nantinya para karyawan yang telah dilatih dianggap tidak baik.

Apprenticeship (magang)

Apprenticeship (magang) biasa dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keterampilan yang relatif lebih tinggi.

Program Apprenticeship biasa mengkombinasikan on the job training dan pengalaman dengan di kelas dalam pengetahuan-pengetahuan tertentu.

Kursus-kursus

Kursus-kursus merupakan bentuk pengembangan karyawan yang lebih mirip pendidikan daripada pelatihan.

Kursus-kursus ini biasa diadakan untuk memenuhi minat dari para karyawan dalam bidang-bidang pengetahuan tertentu (diluar bidang pekerjaannya), seperti kursus bahasa asing, kursus manajemen, kepemimpinan dan lain sebagainya.

Ada sejumlah alternatif metode pelatihan yang dapat dipilih dan digunakan sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran yang hendak dilaksanakan oleh pelatih Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan (2001 : 63)

Model Komunikasi Ekspositif

Model Komunikasi Diskoveri

Teknik Komunikasi Kelompok Kecil

Pembelajaran Berprogram

Pelatihan dalam Industri

Teknik Simulasi

Metode Studi Kasus

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu sebagai berikut :

1. Model Komunikasi Ekspositif

Pengajaran kelas menggunakan berbagai strategi dan taktik. Prosedurnya tergantung pada keterlibatan pelatih, tujuan yang hendak dicapai, besarnya kelompok dan faktor-faktor lainnya. Ada dua sistem yang termasuk dalam model ini, ialah :

1.1. Sistem satu arah. Tanggung jawab untuk mentransferkan informasi terletak pada pelatih. Para peserta bersikap pasif terhadap apa, bagaimana, perlu tidaknya komunikasi itu, tak ada balikan efektif dari pihak peserta kepada pelatih kecuali menunjukkan rasa senang atau tidak senang.

1.2. Sistem dua arah. Pada sistem ini terdapat pola balikan untuk memeriksa apakah peserta menerima informasi dengan tepat. Jika sudah, maka pelatih akan memodifikasi cara penyajiannya, dan bila sambutan peserta belum tepat, maka pelatih akan memodifikasi sambutan tersebut.

2. Model Komunikasi Diskoveri

Model ini lebih efektif bila dilaksanakan dalam kelompok kecil, namun dapat juga dilaksanakan dalam kelompok yang lebih besar. Kendati tidak semua peserta terlibat dalam proses Diskoveri namun bermanfaat bagi peserta latihan.

2.1. Ceramah reflektif. Prosedur penyajian dalam bentuk merangsang peserta melakukan diskoveri di depan kelas. Pelatih mengajukan suatu masalah, dan kemudian peserta memecahkan masalah tersebut melalui proses diskoveri.

2.2. Diskoveri terbimbing. Pendekatan ini melibatkan para peserta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pelatih. Peserta melakukan Diskoveri, sedangkan pelatih membimbingnya kearah yang tepat dan benar.

3. Teknik Komunikasi Kelompok Kecil

Kelompok kecil yang terdiri dari 10 orang peserta dapat melakukan komunikasi dua arah secara efektif. Teknik-teknik yang dapat digunakan adalah :

3.1. Tutorial perorangan. Metode ini dianggap sebagai cara belajar ideal, karena satu orang tutor berhadapan dengan satu orang peserta. Teknik ini penting terutama untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan konseptual.

3.2. Tutorial kelompok. Seorang pelatih membimbing satu kelompok peserta, yang terdiri dari lima sampai tujuh orang pada waktu yang sama. Menitik beratkan pada bimbingan terhadap individu-individu dalam kelompok.

3.3. Lokakarya. Peserta mendapat informasi tentang prosedur kerja dan asas-asaspelaksanaan suatu topik dengan metode tertentu. Selanjutnya peserta menerapkan informasi tersebut dalam bentuk tugas-tugas nyata sesuai dengan pilihannya sendiri.

3.4. Diskusi kelompok. Pemimpin kelompok merumuskan topik yang akan dibahas dan bertindak sebagai ketua kelompok.

4. Pembelajaran Berprogram

Model ini dapat dilihat sebagai proses yakni proses umum untuk merancang materi pelajaran, dan dapat dilihat sebagai produk suatu bentuk sistem pembelajaran di mana peserta belajar sendiri untuk mencapai tujuan tingkah laku dengan menggunakan materi pelajaran yang telah disiapkan sebelumnya, serta tidak memerlukan dukungan dari pihak pelatih. Program ini dikembangkan dalam berbagai bentuk, ialah :

4.1. Teks program linear. Sistem pembelajaran yang terprogram yang menggunakan teks program. Struktur teks Berbentuk linear yang tersusun dalam urutan tertentu pada satu garis linear. (praktek yang dilengkapi dengan alat uji).

4.2. Teks program bercabang. Bentuk linear dan bercabang dapat dicampurkan menjadi satu teknik yang yang mengandung berbagai kemungkinan, yang dapat digunakan untuk setiap latihan.

4.3. Media yang diprogram. Prinsip-prinsip pembelajaran berprogram dapat juga diterapkan dalam media pembelajaran yang digunakan dalam rangka belajar mandiri.

      5. Pelatihan dalam Industri

Metode ini mengembangkan pendekatan standar pengajaran dan latihan dalam pekerjaan. Prosedur latihan lebih sederhana terutama dalam latihan industri. Metode ini diterapkan dalam berbagai bentuk, seperti : Latihan kepemimpinan, latihan keselamatan, latihan untuk perbaikan, dan latihan pekerjaan. Bentuk programnya menggunakan dua kolom, yakni kolom langkah-langkah dalam tugas (apa yang akan dikerjakan), dan kolom perilaku (bagaimana mengerjakannya).

6. Teknik Simulasi

      Teknik simulasi dapat digunakan hampir pada semua program pelatihan yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku. Latihan keterampilan menuntut praktek yang dilaksanakan dalam situasi nyata, atau dalam situasi simulasi yang mengandung ciri-ciri kehidupan yang nyata. Latihan simulasi adalah berlatih melaksanakan tugas-tugas yang akan dikerjakan sehari-hari.

7. Metode Studi Kasus

      Metode ini merupakan suatu bentuk simulasi yang bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada peserta tentang cara membuat keputusan mengenai apa yang harus dikerjakan lebih lanjut, latihan memecahkan kasus-kasus sosial. Kasus-kasus yang dipelajari berdasarkan kejadian nyata, menggunakan informasi yang ada, tidak terlalu sederhana, sesuai dengan minat peserta, dan punya dampak tertentu terhadap peserta.

Adapun langkah-langkah pelatihan dapat dilakukan oleh seorang manajer antara lain :

1. Menganalisa kebutuhan pelathan organisasi, yang sering disebut need analysis.

2. Menentukan sasaran dan materi program pelatihan.

3. Menentukan metode pelatihan dan prinsip-prinsip belajar yang digunakan.

4. Mengevaluasi program pelatihan.


Metodologi Pelatihan

 

Metodologi Pelatihan menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan (2001 : 62) adalah strategi dan metode yang digunakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan kurikulum pelatihan.

Ada tiga hal yang sangat esensial perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan Metodologi Pelatihan. Rencana pelatihan, metode pelatihan dan media pelatihan.

Pemilihan dan penggunaan metode dan media pembelajaran tersebut perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Tujuan Pelatihan, baik tujuan umum maupun tujuan khusus yang menitikberatkan pada perubahan perilaku peserta.

2. Bahan yang akan disampaikan, berupa materi pelajaran yang disusun dalam Garis-Garis besar program pembelajaran.

3. Waktu yang tersedia, sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.

4. Kemampuan pelatih menggunakan metode dan media komunikasi dalam proses pembelajaran.

5. Tingkat kemampuan peserta khususnya perilaku awal.

Metodologi Pelatihan harus dilandasi oleh konsep dan prinsip-prinsip belajar-mengajar, karena pada dasarnya pelatihan adalah memberikan kemudahan kepada peserta latihan untuk melakukan kegiatan secara aktif. Dengan cara belajar ini peserta berusaha merumuskan masalah, mencari data dan memecahkan masalah sendiri.

Jenis-Jenis Pelatihan

 

Adapun jenis pelatihan yang dikemukakan oleh Robert dan John dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2002 : 7 ) sebagai berikut :

Pelatihan Internal

Pelatihan di lokasi kerja (on the job training) cenderung dipandang sebagai hal yang sangat aplikatif untuk pekerjaan, menghemat biaya untuk mengirim karyawan untuk pelatihan dan terkadang dapat terhindar dari biaya untuk pelatihan dari luar. Meskipun demikian, para peserta pelatihan yang belajar sambil bekerja dapat menimbulkan biaya dalam bentuk kehilangan pelanggan dan rusaknya peralatan, mereka dapat juga menjadi frustasi bila keadaan tidak kunjung membaik.

Pelatihan Eksternal

Pelatihan eksternal muncul karena beberapa alasan :

a. Adalah lebih murah bagi perusahaan untuk menggunakan pelatihan dari luar untuk menyelenggarakan pelatihan di tempat dimana sarana pelatihan internal terbatas.

b. Mungkin waktu yang tidak memadai untuk persiapan pengadaan materi pelatihan internal.

c. Staf sumber daya manusia mungkin tidak memiliki tingkat keahlian yang dibutuhkan uintuk materi dimana pelatihan diperlukan.

d. Ada beberaapa keuntungan dimana para karyawan berinteraksi dengan para manajer dan rekan-rekan kerja perusahaan lain dalam suatu program pelatihan dilaksanakan di luar.

Pengertian dan Apa Itu Pelatihan


Pengembangan suatu sistem pendidikan dan pelatihan terpadu dalam kaitannya dengan upaya pengembangan sumber daya manusia umumnya dan pembangunan ketenagakerjaan khususnya kiranya memang merupakan keharusan dan kebutuhan yang semakin terasa dewasa ini. Kendatipun gagasan ini sesungguhnya bukan merupakan hal baru, namun rintisan pelaksanaannya berdasarkan konsep yang jelas.

Konsep sistem Pelatihan terpadu perlu mendapat prioritas pengembangannya, dengan beberapa kondisi yang ada dewasa ini terutama dalam konteks pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi nasional. Kebutuhan yang sangat terasa, misalnya penciptaan lapangan kerja, pengurangan pengangguran, pengembangan sumber daya manusia, yang pada gilirannya dibutuhkan tenaga profesional yang mandiri dan beretos kerja tinggi dan produktif.

Perubahan dan perkembangan organisasi berjalan dari waktu ke waktu tanpa dapat dihindari, baik yang didorong oleh perubahan lingkup organisasi itu sendiri ataupun yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas. Namun dapat dirasakan bahwa dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut tidak mudah, karena perubahan diharuskan terjadinya peningkatan, baik peningkatan secara kuantitatif maupun kualitatif.

Istilah pelatihan sering disamakan dengan istilah pengembangan. Pengembangan (development) menunjuk kepada kesempatan-kesempatan belajar (learning opportunities) yang didesain guna membantu pengembangan para pekerja. Kesempatan demikian tidak terbatas pada upaya perbaikan performansi pekerja pada pekerjaannya sekarang.

Jadi pelatihan langsung berkaitan dengan performansi pekerja, sedangkan pengembangan (development) tidaklah harus. Pengembangan mempunyai skop yang lebih luas dibandingkan dengan pelatihan.

Menurut Faustino Cardoso Gomes, dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (20003: 197) pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tangggung jawabnya, atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Agar efektif, pelatihan biasanya harus mencakup pengalaman belajar, aktivitas-aktivitas yang terencana, dan didesain sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil diidentifikasikan. Secara ideal, pelatihan harus didesain untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari para pekerja secara perorangan.

Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling dapat dilihat dan paling umum dari semua aktivitas kepegawaian. Para majikan menyokong pelatihan karena melalui pelatihan para pegawai akan menjadi terampil, dan lebih produktif, sekalipun manfaat-manfaat tersebut harus diperhitungkan dengan waktu yang tersita ketika para pegawai sedang di latih. Para pekerja menyukai pelatihan karena pelatihan membebaskan dari pekerjaan mereka atau meningkatkan kecakapan yang bisa digunakan untuk menguasai kedudukan yang sedang mereka duduki atau yang akan mereka duduki. Pelatihan juga sering dianggap sebagai imbalan dari organisasi, suatu simbol status, atau suatu liburan dari kewajiban-kewajiban kerja sehari-hari. Beberapa komentator yang menekankan arti simbolis dari pelatihan mengemukakan bahwa orang-orang menerima prestige dan balasan-balasan yang tidak dilihat lainya melalui pelatihan. Oleh karena itu pelatihan juga dapat memperbaiki kepuasan kerja.

Dalam peningkatan, pengembangan dan pembentukan tenaga kerja dilakukan melalui upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan. Ketiga unsur ini saling terkait, namun pelatihan pada hakikatnya mengandung unsur-unsur pembinaan dan pendidikan. Secara operasional dapat dirumuskan, bahwa pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktifitas dalam suatu organisasi.

Hasibuan dalam bukunya Sumber Daya Manusia (2001 : 70) mengatakan pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehinggakaryawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dikemukakan bahwa pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori.

Sedangkan menurut Nitisemito dalam bukunya Manajemen Personalia (1996 : 53) mengatakan bahwa Pelatihan adalah suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari karyawannya sesuai dengan keinginan perusahaan.

Pelatihan yang dimaksudkan pada pengertian di atas merupakan pengertian yang luas dan tidak terbatas hanya usaha untuk mengembangkan keterampilan semata-mata.

Pelatihan merupakan suatu fungsi manajemen yang perlu dilaksanakan terus-menerus dalam rangka pembinaan ketenagaan dalam suatu organisasi. Secara spesifik, proses latihan itu merupakan serangkaian tindakan yang dilaksanakan secara berkesinambungan, bertahap dan terpadu. Tiap proses pelatihan harus terarah untuk mencapai tujuan tertentu terkait dengan upaya pencapaian tujuan organisasi. Itu sebabnya, tanggung jawab penyelenggara pelatihan terletak pada tenaga lini dan staf.

Setiap perusahaan yang menginginkan agar karyawan dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien sama sekali tidak boleh meremehkan masalah pelatihan ini. Memang ada beberapa karyawan yang mampu memotivasi diri sendiri untuk dapat meningkatkan kemampuan dirinya tanpa campur tangan dari perusahaan yang bersangkutan. Namun dalam kenyataan jumlah karyawan yang mampu memotivasi diri sendiri masih sangat kecil. Di samping itu, kemungkinan pelatihan yang dilakukan oleh pribadi-pribadi tidak sesuai dengan keinginan dari perusahaan.

Karyawan lama dan yang sudah berpengalaman atau karyawan baru yang sudah berpengalaman perlu pula diberikan pelatihan. Dengan pelatihan diharapkan pengembangan diri mereka untuk dapat dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien. Mungkin pelatihan juga dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan baru atau sikap, tingkah laku, keterampilan. Dengan pengetahuan sesuai dengan tuntutan perubahan misalnya perubahan-perubahan teknologi, perubahan-perubahan metode kerja dan sebagainya menuntut pula perubahan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan. Oleh karena itu perusahaan/instansi harus tetap merupakan pelopor bagi pelaksanaan pelatihan karyawannya.

Uraian-uraian tentang pengertian pendidikan dan latihan diatas mengidentifikasi unsur-unsur yang merupakan syarat agar suatu kegiatan dapat disebut pendidikan dan latihan, syarat-syarat tersebut antara lain:

a. Pendidikan atau latihan harus dapat membantu karyawan guna membantu kemampuan, karena seorang karyawan yang menjadi efektif dalam seluruh pekerjaannya melalui usaha-usahanya sendiri tidak dapat digolongkan dalam usaha kegiatan latihan yang dilaksanakan perusahaan.

b. Latihan/pendidikan yang dilaksanakan perusahaan harus dapat menimbulkan inovasi (perubahan) terhadap kebiasaan-kebiasaan seorang karyawa, sikap karyawan atas pekerjaan/tugas yang diemban maupun pengetahuan atau keterampilan yang mereka aplikasikan dalam pekerjaannya sehari-hari.

c. Pelaksanaan pelatihan/pendidikan harus pula mempunyai implikasi yang erat dengan kegiatan perusahaan maupun bagian-bagian pekerjaan karyawan.

Melaksanakan pelatihan bagi karyawan memang memerlukan pengorbanan yang tidak kecil, tetapi hasil yang diperoleh jauh lebihbesar daripada pengorbanan tersebut. Hal ini disebabkan dengan dilaksanakan pelatihan dapat diharapkan pekerjaan akan dilakukan lebih cepat dan lebih baik, kerusakan dapat diperkecil, pemborosan dapat ditekan, kecelakaan dapat dihindari dan lain sebagainya, semuanya ini merupakan keuntungan yang bisa diperoleh oleh perusahaan.

Tujuan Utama Pelaporan Keuangan dalam rerangka Konseptual FSAB :

 1. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupu...